Yang Tak Pernah Puas...........
Cerita ini dimulai
dari ketidak puasan seorang pria terhadap takdirnya sebagai seorang suami yang
harus bekerja keras untuk keluarganya.
---oo0oo---
Hari ini, seperti
biasa aku pulang kerja sedikit terlambat.
Banyak sekali berkas yang harus aku periksa, maklumlah aku bekerja
sebagai Audit di salah satu perusahaan terbesar di Jawa Barat.
Jam tangan menunjukan
pukul 20.30, mungkin sekarang istriku dirumah sedang duduk santai sambil
menonton mini seri “Coffee Prince” kesayangannya. Sungguh tidak adil, ketika aku bekerja keras
istriku hanya berleha-leha di rumah.
Pagi tadi sebelum aku berangkat kerja dia terlihat sedang menonton acara
music “Dahsyat” sambil menyuapi anakku yang manja. Siang tadi, saat aku menjemput anakku di
sekolah, aku melihat istriku sedang menunggu jemputanku sambil “ngerumpi”
dengan ibu-ibu lainnya sambil membolak-balik katalog “Oriflame”. Sungguh senang kehidupannya, berbeda dengan
aku.
Sesampainya di rumah,
aku langsung menuju kamar untuk segera beristirahat, kepalaku sedikit berat
hari ini.
“Pah, baru pulang?”
sapa istriku sambil membawakan tas kerjaku.
“iya nih Mah, Papah
langsung tidur yah.. kepala Papah sedikit berat” jawabku sedikit malas.
Istriku tidak
menjawab hanya memegang keningku dan mengiringiku ke kamar tidur.
---oo0oo---
Malam ini begitu
panas, aku tiba-tiba terbangun dari tidurku. Tenggorokanku terasa sangat
kering, aku haus. Setelah meneguk segelas air putih, badanku sedikit lebih
adem. Kemudian aku bergegas kembali ke kamar,
di sana kulihat istriku sedang tertidur pulas.
“m..m..m.. enaknya
menjadi seorang istri… kerjanya cuman ngurus rumah… gak pernah tau rasanya dimarahin
bos, gak pernah tau dikomplain customer, ga pernah tau begitu bencinya akhir
bulan dan hari senin…” gumamku sambil kembali tidur di atas kasur
Sambil memandang
langit-langit rumah aku berbisik “ Tuhan… ijinkan aku sebentar saja merasakan bagaimana
nikmatnya menjadi seorang istri… dan
ijinkan istriku, menikmati peran barunya sebagai seorang suami …
kabulkanlah Tuhan…”
Entah dari mana sosok
bayangan itu hadir dan tersenyum, lalu berkata dengan lirih
“Hambaku yang tak
pernah puas, kalau itu memang kehendakmu dan untuk kebaikanmu maka jadilah….”.
Setengah sadar aku
mendengarnya, dan sedikit senyuman menghiasi tidurku di malam itu tak sabar
menanti sang fajar dan tugas baruku sebagai seorang istri.
---oo0oo—
“Mah, bangun dong Mah…
kaos kakiku di mana??” tiba-tiba aku mendengar seseorang berbicara kepadaku
sambil menggoyang-goyangkan badanku.
Kubuka mata perlahan
dan kudapati wajah imut anakku “apa sih dek, Papah masih ngantuk.. emang mamah
ke mana??” jawabku sambil membetulkan selimut.
“Mamah, mimpi yah…,
ayo lah… nanti Dinda terlambat kesekolah” rengek anakku sambil
mengguncang-guncang badanku lebih keras.
“Astaga… bukannya
mulai hari ini, aku menjadi seorang istri” pekik ku tertahan, segera ku bangun
dan langsung berjalan ke arah kamar Dinda untuk mencarikan kaos kakinya yang
hilang. Sedikit ku lirik istriku yang
sekarang berganti posisi menjadi suamiku,
masih ngorok.
Setelah menyiapkan sarapan
pagi dan pakaian kerja untuk suamiku,
barulah aku suapi Dinda sambil menonton acara music “Dahsyat” kesukaannya. Setelah selesai menyuapi Dinda, kini giliran
mengantar Dinda ke sekolah. Sambil menunggu Dinda selesai sekolah, aku terpaksa
duduk-duduk di halaman sekolah sambil mendengarkan curhatan istri-istri yang
bosan dengan rutinitasnya.
Sesampainya di rumah,
Dinda ku mandikan dan ku siapkan makan siangnya. Setelah selesai menyuapi Dinda, aku baru
sempat beres-beres rumah. Dan baru sadar
ternyata jam sudah menunjukkan pukul 16.00. aku hanya menarik nafas yang terasa
sangat berat karena seharian bekerja menjaga anak dan rumah yang ternyata
sangat melelahkan.
Setelah kusiapkan
makan malam sambil menunggu suamiku pulang kerja, aku dan Dinda duduk di ruang
keluarga sambil menonton mini seri “Cofee Prince” sambil mengajari Dinda
Pekerjaan Rumahnya.
Beberapa menit
kemudian suamiku datang dengan wajah cerianya, dan ku sambut dengan senyuman
sambil membawakan tas kerjanya.
Malam ini suamiku
makan dengan sangat lahap, dengan semangat dia menceritakan pengalaman
pertamanya berkuda dengan teman-teman kantornya. Aku hanya mendengarkan dengan
tersenyum. Betapa tidak, sementara aku
di rumah kerja keras, menjaga anak, mengurus rumah, menyiakan makan, memandikan
anaknya, belanja kepasar… eh dia malah asyik-asyikan berkuda dengan temen-teman
kantornya….gak tau diri…. Pikirku saat itu…
---oo0oo---
Entahlah mungkin
karena di luar hujan lebat, udara di kamar begitu sangat dingin. Kami tidur berpelukan untuk sedikit menghangatkan
tubuh kami.
Sebelum aku tidur,
aku sempat berdoa kepada Tuhan “ya Tuhan, terima kasih atas kesempatannya, aku
ingin besok telah berubah menjadi sosok asliku sebagai seorang suami..amien”.. Tak
terasa waktu cepat berlalu, kami tertidur begitu pulas..
Entah dari mana sosok
itu hanya tersenyum pada ku, tanpa menjawab doa ku…
---oo0oo—
“Mah, bangun dong
Mah… kaos kakiku di mana??” tiba-tiba aku mendengar suara seseorang yang tak asing lagi
berbicara kepadaku sambil menggoyang-goyangkan badanku.
Kubuka mata perlahan
dan kudapati wajah imut anaku lagi “apa sih de, papah masih ngantuk.. emang
mamah kemana??” jawabku sambil membetulkan selimut.
“Mamah, mimpi yah…,
ayo lah… nanti Dinda terlambat kesekolah” rengek anakku sambil
mengguncang-guncang badanku lebih keras.
“astaga… bukannya
mulai hari ini, aku sudah menjadi seorang suami lagi.. kenapa aku masih dalam
sosok seorang istri” pekik ku tertahan, segera ku bangun dan langsung berlari
ke arah cermin dan terbelalak melihat wujudku yang masih belum kembali ke sosok
awalku seorang pria.
Tiba-tiba terdengar
seseorang berbisik pelan “maafkan aku hambaku, sebenarnya hari ini kamu
semestinya kembali kewujud aslimu seorang suami, namun karena sedikit kesalahan
mungkin niat mu menjadi sosok suami lagi, harus menunggu setidaknya 9 bulan 10
hari lagi”….
“kesalahan… kesalahan
apa??” pekiku tertahan…..
Sebelum rasa
penasaranku hilang, tiba-tiba dari arah belakang ada seseorang memelukku dengan
erat, dan berbisik pelan “terima kasih ya Mah.. ataS hadiahnya tadi malam….”
---oo0oo—
Dari cerita itu, kita dapat mengambil hikmahnya bahwa apapun kita, bagaimanapun keadaan kita, apapun posisi kita itulah yang terbaik untuk kita, yang patut kita syukuri.
===== Kaya Gambar, Kaya Makna, Kaya Berita =====
Penulis Franes Pradusuara-KPS