BPR RKM Dorong
Pelestarian Seni Tradisional Jathilan
Melalui Program
CSR
Gambar 1.
Jathilan Merupakan Salah Satu Kesenian Yang Patut Dilestarikan
T
|
erlepas dari kontroversi pernyataan Bp. Bibit mengenai seni Tradisional Kuda Lumping atau
Jathilan yang diungkapkannya dalam sambutan pembukaan "The 14th Merapi and
Borobudur Senior’s Amateur Golf Tournament Competing The Hamengku Buwono X Cup" pada 9 September 2012 di Kota Magelang (Oke Zone, 11/9). Kesenian Kuda Lumping atau Jathilan sendiri adalah seni tradisional yang mengakar kuat di
masyarakat, khususnya masyarakat Jawa.
Masih lekat dalam ingatan kita, betapa keras kita memperjuangkan
pengakuan seni reog ponorogo, dan alat
musik angklung sebagai salah satu
kekayaan bangsa Indonesia di kancah internasional. Sangat disayangkan apabila ada segelintir
orang yang memandang sepele dengan seni tradisional, khususnya Jathilan / Kuda
Lumping.
J
|
athilan adalah tarian tradisional Jawa yang menampilkan sekelompok prajurit tengah menunggang kuda. Tarian ini menggunakan kuda yang
terbuat dari bambu yang di anyam dan dipotong menyerupai
bentuk kuda. Anyaman kuda ini dihias dengan cat dan kain beraneka warna. Tarian
kuda lumping biasanya hanya menampilkan adegan prajurit berkuda, akan tetapi
beberapa penampilan kuda lumping juga menyuguhkan atraksi kesurupan, kekebalan, dan kekuatan magis, seperti atraksi memakan beling dan kekebalan tubuh terhadap deraan
pecut.
Gambar 2. Penandatanganan Kontrak
Kerjasama CSR antara
BPR Restu Klepu Makmur dengan Paguyuban Seni Reog Krido Budoyo Gayamsari
Restu Klepu Makmur adalah salah satu BPR yang berkembang
Pesat di Wilayah Klepu. Dalam kaitannya
dengan pelestarian tradisional, BPR Restu Klepu Makmur yang berkedudukan di Jl Soekarno – Hatta
No.12 Bergas – Semarang menggandeng
Perkumpulan Reog Krido Budoyo Gayamsari – Kaliputih Ambarawa sebagai sasaran
penerima bantuan CSR pada Tahun 2012 ini.
Hal ini ditandai dengan di tandatanganinya Perjanjian Kerjasama selama satu tahun dalam hal pemberian bantuan berupa bimbingan dan bantuan biaya operasional yang dilaksanakan pada saat Temu Karyawan 2012 bertempat di
Kantor Pusat BPR Restu Group oleh perwakilan dari BPR Restu Klepu Makmur Bpk
Darusalan, SE selaku Direktur Utama , dan perwakilan penerima CSR 2012 Bp. Sudjiyono selaku Ketua dari Paguyuban Seni Reog Krido Budoyo Gayamsari. Acara tersebut berlangsung dengan khidmat dan
dihadiri oleh seluruh Karyawan, jajaran Direksi dan Pimpinan Divisi BPR Restu
Group.
Acara dilanjutkan dengan pementasan kesenian Jathilan yang
disambut meriah oleh seluruh karyawan Restu Group. Konon,
jathilan ini merupakan bentuk apresiasi dan dukungan rakyat jelata
terhadap pasukan berkuda Pangeran Diponegoro dalam menghadapi penjajah Belanda. Adapula versi yang
menyebutkan, bahwa tari kuda lumping menggambarkan kisah perjuangan Raden
Patah, yang dibantu oleh Sunan Kalijaga, melawan penjajah Belanda. Versi lain
menyebutkan bahwa, tarian ini mengisahkan tentang latihan perang pasukan
Mataram yang dipimpin Sultan Hamengku Buwono I, Raja Mataram, untuk
menghadapi pasukan Belanda.
Gambar 3.
Salah satu anggota pagelaran Seni Reog
Krido Budoyo Gayamsari yang mengalami “Kesurupan” berjalan merangkak sambil
memakan Bunga Tujuh Rupa
Gambar 4. Salah
satu anggota pagelaran Seni Reog Krido
Budoyo Gayamsari yang mempertunjukan kekebalannya terhadap senjata tajam
Gambar 5. Salah satu atraksi Barongsai
juga di selipkan dalam pementasan Jathilan, sebagai symbol perwujudan
Akulturasi Budaya yang sudah masuk ke Indonesia
Dalam pertunjukannya, Kesenian
Jathilan juga menampilkan atraksi yang
mempertontonkan kekuatan supranatural berbau magis, seperti atraksi mengunyah
kaca, menyayat lengan dengan golok, membakar diri, berjalan di atas pecahan
kaca, dan lain-lain, yang tentu saja membuat sebagian besar karyawati BPR Restu Group tidak berani melihat
langsung. Terdapat nilai historis yang mungkin ingin disampaikan melalui pertunjukan jathilan ini, yaitu berupa refleksi dari kekuatan supranatural yang pada zaman dahulu
berkembang di lingkungan Kerajaan Jawa, dan merupakan aspek non militer yang
dipergunakan untuk melawan pasukan Belanda.
Gambar 6. Beberapa
Penyanyi dan pemain gamelan siap mengiringi pementasan Jathilan sehingga
semakin menambah semaraknya pementasan
Dalam pementasannya, Paguyuban Seni Reog Krido Budoyo Gayamsari tidak
diperlukan suatu koreografi khusus, serta perlengkapan peralatan gamelan
seperti halnya Karawitan. Gamelan untuk mengiringi seni Jathilan ini cukup sederhana, hanya terdiri dari Kendang,
Kenong, Gong, dan Slompret dan diiringi oleh beberapa penyanyi. Adapun
sajak-sajak yang dibawakan dalam mengiringi tarian, biasanya berisikan
himbauan agar manusia senantiasa melakukan perbuatan baik dan selalu ingat pada
Sang Pencipta.
Penulis
sempat berbincang dengan Ketua Panitia Bagian CSR yaitu Bapak Darusalam, SE
mengenai Program CSR yang bertajuk Peduli Kesenian Tradisional ini.
“Kalau
bukan kita yang masih muda ini yang peduli akan kemajuan kesenian tradisional,
siapa lagi?” ungkap beliau di sela-sela
pementasan Jathilan tersebut.
Terlepas
dari sisi kontroversinya, Jathilan mampu merefleksikan semangat heroisme yang pantang
menyerah yang patut diteladani oleh seluruh Karyawan BPR Restu Group khususnya
dan seluruh Masyarakat pada umumnya.
“Bangsa Yang Besar Adalah
Bangsa Yang Menghormati serta Bangga Terhadap Pengorbanan Para Pejuang dan Seni Tradisi Yang Merupakan Kekayaan Tiada
Ternilai Harganya”
===== Kaya Gambar, Kaya Makna, Kaya Berita =====
Penulis: Franes Pradusuara (FRN – KPS)
Dokumentasi : Panitia Temu Karyawan
2012
- Bpk
Didik Yochanan (KPS)
- Bpk
Harri Eko Wardono (RAM)