Alkisah disebuah desa terpencil di
pegunungan halimun. Hiduplah seorang
anak yatim bersama ibunya. Untuk mencukupi
kebutuhan keluarga, dia terpaksa bekerja sebagai pemahat patung batu.
Walaupun
tidak banyak uang yang di dapat, namun
ia tetap semangat, bekerja
sebagai pemahat patung batu kali. Apalagi
jika dia teringat ibu satu-satunya yang sudah beranjak tua dan sudah tidak sanggup
lagi bekerja sebagai buruh perkebunan teh
milik keluarga kerajaan.
Karena keahliannya, anak yatim itupun diundang ke ibu kota, untuk
mendapatkan penghargaan berupa Palu Kayu yang sangat istimewa dari raja. Keistimewaan palu itu adalah, setiap benda
yang ditempelkan dengan Palu Kayu itu
akan berubah menjadi patung emas yang
sangat indah.
Berawal dari itu, kehidupan si yatim
di ibu kota semakin membaik, banyak patung emas yang dihasilkan terjual dengan
harga tinggi. Namun, ada yang
berubah. Limatahun sudah si yatim tidak pernah mengunjungi rumah ibunya
lagi, jangankan mengunjunginya.. mengingatnya pun tak pernah….
Namun, suatu ketika dia merasa
sangat rindu dengan ibunya. Gemerlap
ibukota, dan hingar bingar kehidupan disana telah membuat dirinya lupa akan
tujuan dia kerja keras selama ini. Akhirnya
dia berniat kembali ke desanya di
pegunungan halimun untuk menjemput ibunya.
Namun, apa yang di dapat? Sebuah pondok
kosong tanpa penghuni dan setumpuk tanah merah bertabur bunga di halaman
depan. Si yatim tidak dapat berkata
apa-apa, hanya terduduk lemas.
Ke esokan harinya si yatim pergi ke
ibu kota, dan mengembalikan Palu emas itu.
Dan memilih kembali ke desa untuk
menjadi seorang pemahat batu kali yang sederhana dan tentu saja sambil mengurus
makan ibunya yang dia sayangi.
----00O00----