Baru-baru ini saya
bertemu dengan seorang pemilik perusahaan. Beliau bercerita panjang lebar tentang
kesuksesannya mengelola perusahaan selama 22 tahun tanpa pernah ada karyawan
yang mengadi ke Dinas Tenaga Kerja.
“Kalau ada karyawan
yang tidak baik, saya panggil. Saya ajak
bicara baik-baik. Lalu dia mengundurkan
diri. Saya tidak pernah memberikan
pesangon sesuai undang-undang. Dan tidak
ada yang menggugat saya.” Kata beliau.
Karena perbincangan ini bukan dalam rangka berdebat, saya menyimak
perkataan beliau baik-baik.
Memimpin sebuah
perusahaan dengan pendekatan kekeluargaan memang baik, karena kekeluargaan
adalah cirri khas masyarakat kita. Namun
apabila hal itu bertujuan supaya karyawan sungkan sehingga tidak menuntut
haknya sesuai undang-undang, jadinya kurang tepat juga”.
Memang tidak berarti
para pemimpin atau pengelola perusahaan harus punya gelar akademis manajemen
sekaligus psikologi dan hokum. Tetapi ketika
perusahaan ingin merekrut karyawan yang baik, ingin mempertahankan karyawan
yang baik, penerapan ketiga bidang ilmu
tersebut sudah selayaknya dilakukan secara menyeluruh. Peranan manajemen dalam memimpin dan
mengelola perusahaan sudah secara luas dipahami. Kini, juga harus dilengkapi
dengan psikologi dan hukum.
Sumber : LIFESTYLE - Edisi 86 – Desember 2012
===== Kaya Gambar, Kaya Makna, Kaya Berita =====
tulisan oleh Ir. Constantinus, MM.
Editor oleh Tim Media 1 Visi.