Sabtu, 22 September 2012

RKM: LESTARIKAN SENI TRADISIONAL



BPR RKM Dorong Pelestarian Seni Tradisional Jathilan
Melalui Program CSR

 Gambar 1.  Jathilan Merupakan Salah Satu Kesenian Yang Patut Dilestarikan 

T
erlepas dari kontroversi pernyataan  Bp. Bibit  mengenai seni Tradisional Kuda Lumping atau Jathilan yang diungkapkannya dalam sambutan pembukaan "The 14th Merapi and Borobudur Senior’s Amateur Golf Tournament Competing The Hamengku Buwono X Cup" pada 9 September 2012 di Kota Magelang (Oke Zone, 11/9).  Kesenian Kuda Lumping atau Jathilan sendiri  adalah  seni tradisional yang mengakar kuat di masyarakat, khususnya masyarakat Jawa.  Masih lekat dalam ingatan kita, betapa keras kita memperjuangkan pengakuan  seni reog ponorogo, dan alat musik angklung  sebagai salah satu kekayaan bangsa Indonesia di kancah internasional. Sangat disayangkan apabila ada segelintir orang yang memandang sepele dengan seni tradisional, khususnya Jathilan / Kuda Lumping.

J
athilan adalah tarian tradisional Jawa yang menampilkan sekelompok prajurit tengah menunggang kuda. Tarian ini menggunakan kuda yang terbuat dari bambu yang di anyam dan dipotong menyerupai bentuk kuda. Anyaman kuda ini dihias dengan cat dan kain beraneka warna. Tarian kuda lumping biasanya hanya menampilkan adegan prajurit berkuda, akan tetapi beberapa penampilan kuda lumping juga menyuguhkan atraksi kesurupan, kekebalan, dan kekuatan magis, seperti atraksi memakan beling dan kekebalan tubuh terhadap deraan pecut.


Gambar 2. Penandatanganan Kontrak Kerjasama  CSR  antara  BPR Restu Klepu Makmur dengan Paguyuban  Seni Reog Krido Budoyo Gayamsari
 
Restu Klepu Makmur adalah salah satu BPR yang berkembang Pesat di Wilayah Klepu.  Dalam kaitannya dengan pelestarian tradisional, BPR Restu Klepu Makmur yang berkedudukan di Jl Soekarno – Hatta No.12 Bergas – Semarang menggandeng Perkumpulan Reog Krido Budoyo Gayamsari – Kaliputih Ambarawa sebagai sasaran penerima bantuan CSR pada Tahun 2012 ini.   Hal ini ditandai dengan di tandatanganinya Perjanjian  Kerjasama selama satu tahun dalam hal pemberian bantuan berupa bimbingan dan bantuan biaya operasional  yang dilaksanakan  pada saat Temu Karyawan 2012 bertempat di Kantor Pusat BPR Restu Group oleh perwakilan dari BPR Restu Klepu Makmur Bpk Darusalan, SE selaku Direktur Utama , dan perwakilan penerima CSR 2012  Bp. Sudjiyono selaku Ketua dari Paguyuban Seni Reog Krido Budoyo Gayamsari.  Acara tersebut berlangsung dengan khidmat dan dihadiri oleh seluruh Karyawan, jajaran Direksi dan Pimpinan Divisi BPR Restu Group.

Acara dilanjutkan dengan pementasan kesenian Jathilan yang disambut meriah oleh seluruh karyawan Restu Group.  Konon,  jathilan ini merupakan bentuk apresiasi dan dukungan rakyat jelata terhadap pasukan berkuda Pangeran Diponegoro dalam menghadapi penjajah Belanda. Adapula versi yang menyebutkan, bahwa tari kuda lumping menggambarkan kisah perjuangan Raden Patah, yang dibantu oleh Sunan Kalijaga, melawan penjajah Belanda. Versi lain menyebutkan bahwa, tarian ini mengisahkan tentang latihan perang pasukan Mataram yang dipimpin Sultan Hamengku Buwono I, Raja Mataram, untuk menghadapi pasukan Belanda.

Gambar 3. Salah satu anggota pagelaran  Seni Reog Krido Budoyo Gayamsari yang mengalami “Kesurupan” berjalan merangkak sambil memakan Bunga Tujuh Rupa

 
Gambar 4. Salah satu anggota pagelaran  Seni Reog Krido Budoyo Gayamsari yang mempertunjukan kekebalannya terhadap senjata tajam


 
Gambar 5. Salah satu atraksi Barongsai juga di selipkan dalam pementasan Jathilan, sebagai symbol perwujudan Akulturasi Budaya yang sudah masuk ke Indonesia

Dalam pertunjukannya, Kesenian Jathilan  juga menampilkan atraksi yang mempertontonkan kekuatan supranatural berbau magis, seperti atraksi mengunyah kaca, menyayat lengan dengan golok, membakar diri, berjalan di atas pecahan kaca, dan lain-lain, yang tentu saja membuat sebagian besar karyawati BPR Restu Group tidak berani melihat langsung.  Terdapat  nilai historis yang mungkin  ingin disampaikan melalui pertunjukan jathilan ini,  yaitu berupa refleksi dari kekuatan supranatural yang pada zaman dahulu berkembang di lingkungan Kerajaan Jawa, dan merupakan aspek non militer yang dipergunakan untuk melawan pasukan Belanda.  

Gambar 6. Beberapa Penyanyi dan pemain gamelan siap mengiringi pementasan Jathilan sehingga semakin menambah semaraknya pementasan

Dalam pementasannya, Paguyuban Seni Reog Krido Budoyo Gayamsari tidak diperlukan suatu koreografi khusus, serta perlengkapan peralatan gamelan seperti halnya Karawitan. Gamelan untuk mengiringi seni Jathilan ini cukup sederhana, hanya terdiri dari Kendang, Kenong, Gong, dan Slompret dan diiringi oleh beberapa penyanyi.  Adapun  sajak-sajak yang dibawakan dalam mengiringi tarian, biasanya berisikan himbauan agar manusia senantiasa melakukan perbuatan baik dan selalu ingat pada Sang Pencipta.

Penulis sempat berbincang dengan Ketua Panitia Bagian CSR yaitu Bapak Darusalam, SE mengenai Program CSR yang bertajuk Peduli Kesenian Tradisional ini. 
“Kalau bukan kita yang masih muda ini yang peduli akan kemajuan kesenian tradisional, siapa lagi?”  ungkap beliau di sela-sela pementasan Jathilan tersebut.  
Terlepas dari sisi kontroversinya, Jathilan mampu  merefleksikan semangat heroisme yang pantang menyerah yang patut diteladani oleh seluruh Karyawan BPR Restu Group khususnya dan seluruh Masyarakat pada umumnya.

Bangsa Yang Besar Adalah Bangsa Yang Menghormati serta Bangga Terhadap Pengorbanan Para Pejuang dan  Seni Tradisi Yang Merupakan Kekayaan Tiada Ternilai Harganya


===== Kaya Gambar, Kaya Makna, Kaya Berita =====

Penulis: Franes Pradusuara (FRN – KPS)
Dokumentasi : Panitia Temu Karyawan 2012
-   Bpk  Didik Yochanan (KPS)
-   Bpk  Harri Eko Wardono (RAM)