Kamis, 25 Oktober 2012

ARTIKEL ALA FRN1



Menjelang Idul Adha:
Waspadai Bahaya Laten Cacing Hati

T
idak terasa, umat muslim diseluruh penjuru dunia sebentar lagi akan merayakan hari raya Idul Adha pada 26 Oktober 2012. Persiapan pun sudah dilaksanakan jauh-jauh hari guna menyambut hari raya tersebut. Dimulai dari membersihkan tempat ibadah, menghitung kebutuhan hewan kurban, bahkan sampai pembentukan panitia penerimaan hewan kurban.  Memang tidak dapat dipisahkan antara perayaan Idul Adha dan kebutuhan hewan kurban, semuanya saling berkaitan.
Semangat berkurban bagi umat muslim telah dicontohkan oleh Nabi Ibrahim as dan Putranya Nabi Ismail as.  Ketulusan Nabi Ismail untuk bersedia dikurbankan dan ketaatan Nabi Ibrahim as dalam menjalankan perintah Tuhan, telah menunjukan betapa pentingnya pengabdian seorang hamba pada tuhannya.  Kisah tersebut hendaknya bisa menambah semangat kita untuk senantiasa berkurban sesuai dengan kemampuan kita.  Karena hukum berkurban adalah wajib bagi yang telah mampu.
B
erbicara tentang kesehatan hewan kurban, tentu kita tidak lupa dengan peristiwa tahun lalu di Banyumas.  Dimana Disnak Kab Banyumas – Jawa Tengah menemukan sedikitnya 50 Kilogram hati sapi yang terinfeksi cacing hati.  Dan diperkirakan ternak yang berpotensi menularkan penyakit cacing hati tersebut mencapai 25 – 30 persen dari total jumlah sapi yang dikurbankan pada tahun lalu (Sumber: Liputan6.com).  Kejadian itu spontan mengagetkan para peternak dan konsumen hewan kurban.  Karena bukan hanya rugi secara materi (persentasi karkas berkurang) tetapi lebih kearah kesempurnaan ibadah kurban tersebut.   
Hal itu juga pernah dirasakan saya secara pribadi.  Tahun lalu keluarga saya melaksanakan kurban seekor sapi.  namun setelah dilakukan penyembelihan kami dikejutkan oleh penemuan sejumlah cacing dalam hati hewan kurban kami.  Secara pribadi saya merasa apakah kurban saya diterima disisi alloh??  karena hewan kurban kami yang terbukti sakit.  Beban psikologis seperti itu tetap menempel dalam ingatan saya.
H
asil survey di beberapa pasar hewan dan rumah pemotongan hewah di Indonesia, menunjukan bahwaa 90% sapi yang berasal dari peternakan rakyat terjadi infeksi cacingan, termasuk cacing hati yang meresahkan kita (Abidin, 2002).  Hal itu dikarenakan pada peternakan rakyat, sebagian besar dipelihara dengan system tradisional.  Dengan tipe kandang lemprakan beralas tanah bukan beton.  Sehingga telur-telur cacing dapat masuk dengan mudah ke tubuh ternak melalui pakan, kulit, ataupun kuku.
Penyakit cacing ini, pada berbagai kasus terjadi pada peternakan rakyat dengan sanitasi dan tatalaksana yang jelek.  Apalagi diperparah dengan system pemeliharaan yang ekstensif dengan cara di umbar di padang rumput.  Yang secara nyata lebih berpotensi terinfeksi cacing hati lebih tinggi jika dibandingkan dengan peternak yang memelihara ternaknya dengan cara intensif (dipelihara didalam kandang tanpa mengeluarkannya di padang penggembalaan).  Memang dalam kenyataannya kita tidak bisa menutup mata bahwa sebagian besar peternakan di Indonesia masih dikelola dengan system tradisional.  Namun walupun demikian, kesadaran untuk meningkatkan tatalaksana pemeliharaan dan kesehatan ternak harus ditingkatkan.  Mengingat dampak yang tidak baik yang akan dirasakan oleh peternak kita disaat harus bersaing dengan kualitas dari peternak luar negeri.

Cara Sederhana Identifikasi Ternak Terkena Cacing Hati
Memang sulit mendeteksi apakah ternak yang akan kita kurbankan tersebut terinfeksi cacing hati atau tidak.  Namun ada beberapa ciri yang dapat dijadikan patokan dalam memilih ternak kurban yang bebas infeksi cacing hati. Pertama, mata jernih, tidak berair, ataupun tidak berlendir.  Hewan yang terkena cacing hati akan memiliki mata yang sayu, tidak jernih dan cenderung kusam.  Kedua, kulit ternak elastic tidak keras, ataupun tidak terlalu menggelambir.  Sapi yang terkena infeksi cacing hati, biasanya memiliki kulit seperti karet, terlalu lentur dan tipis.  Ketiga, bulu ternak tidak kusam, tidak kusut, dan tidak rontok.  Biasanya ternak yang terinfeksi cacing hati akan memiliki bulu yang kusam dan rontok.  Hal tersebut disebabkan ternak kekurangan nutrisi karena berebut dengan cacing di dalam tubuhnya.
Berdasarkan hal tersebut, maka untuk tahun ini diharapkan konsumen dapat jeli dalam memilih hewan ternak yang akan dijadikan hewan kurban.  Jangan tergiur dengan harga ternak yang murah.  Justru, jika menemukan penjual menawarkan hewan ternaknya dengan harga yang jauh dibawah harga pasar.  Oleh karena hal tersebut, hendaknya kita wajib waspada pada apapun kemungkinannya yang dapat mengganggu kesempurnaan ibadah kurban kita.

===== Kaya Gambar, Kaya Makna, Kaya Berita ===== 
Penulis
Editor team media1visi