Suatu Malam Di Sekitar Simpang Lima…….
Dua minggu yang lalu saya janjian makan
malam di sekitar Simpang Lima dengan teman kuliah saya ketika di Magister
UNDIP. Kebetulan teman saya itu merupakan MT di salah satu perusahaan
Peternakan Terbesar di Asia Tenggara.
Selain sudah hampir 2 tahun kami tidak bertemu, kami juga hampir lost contact . Tidak banyak yang berubah
dari penampilan dia semasa kuliah, hanya wajah saja yang lebih “ruwet”.
Di sela makan malam, dia menceritakan
tentang suasana pekerjaannya yang tidak kondusif, terlalu ketat persaingannya. Saya
hanya tersenyum dan terus mendengarkan dia. Saya bersyukur dapat kerja dengan
lingkungan yang sangat baik, tidak seperti teman saya. Dia juga menceritakan
tentang pengalamannya bersama rekan kerjanya.
Di bawah ini saya akan sedikit
menceritakan permasalahan teman saya ini, untuk kita jadikan bahan pelajaran.
Cerita dari Teman
saya:
Dalam sebuah rapat teman saya ini membahas
manuver terbaru yang harus mereka laksanakan untuk lebih memajukan perusahaan.
Belum berhasil menemukan suatu ide yang benar-benar tokcer, teman saya dan
semua tim-nya keluar dari ruang rapat dengan benak yang sibuk mencari-cari ide.
Pada hari itu juga, teman saya melakukan suatu survey dan riset kecil terhadap perusahaan mereka dan dalam beberapa hari akhirnya teman saya itu menemukan ide yang baik menurut dia. Namun sebelum melakukan presentasi pada atasan, teman saya itu yang memang agak sedikit tegang mencoba menyampaikannya kepada salah satu rekan tim nya.
Teman saya itu sebenarnya sangat
mempercayai salah satu rekan timnya itu, jadi tidak sedikitpun timbul kecurigaan
ketika melakukan latihan presentasi di hadapannya. Tapi kemudian teman
saya sadar itu adalah salah satu kesalahannya.
Rekan teman saya itu memang cukup dekat
dengan atasan, jadi tidak mesti berlama-lama, dia langsung menceritakan
ide teman saya itu dan mengambil kredit terhadapnya. Ide yang langsung
disetujui, diterapkan oleh perusahaan, dan di akhiri dengan kenaikan
jabatan untuk rekan teman saya atas 'ide cemerlangnya' itu.
Jujur saya kesal juga mendengarnya, dan
mungkin lebih kesal lagi teman saya itu. Teman saya mencoba menanyakan hal itu
pada rekannya yang “cemerlang” itu, dan dia hanya menjawab ringan
"Maaf, keceplosan ngomong
sama bos...",
"Tapi kan kamu bisa bilang itu ide
saya?" kata teman saya.
Dan rekan kerja teman saya itu hanya
diam, dan pura-pura sibuk mencari berkas.
"Yah sudahlah, toh ide saya
ini berhasil, perusahaan semakin maju. Itu sudah cukup buat saya, saya tidak
akan berhenti karena hal seperti itu saja, Saya masih bisa menciptakan
perubahan yang lain, sesuatu yang tidak bisa dilakukan oleh rekan saya yang
meniru saya itu." Akhirnya
kata-kata seperti itulah yang terlontar dari ucapan teman saya itu sambil berkaca-kaca.
Renungan
dan Pelajaran untuk kita
Kesal mungkin itu yang terlintas dalam
pikiran kita. Membayangkan punya teman kerja seperti itu, seperti memelihara
duri dalam daging. Namun, setelah saya mempelajari kejadian yang menimpa teman
saya itu, saya memberikan beberapa solusi dan pemikiran baru untuknya, salah
satunya adalah sebagai berikut:
- Apabila kita mempunyai gagasan yang baik, dengan tujuan yang baik juga, maka jangan ragu segera sampaikan kepada atasan kita.
- Jujur pada diri sendiri dengan kemampuan dan keterbatasan kita, jangan sampai kita menjadi seperti teman rekan saya itu, yang menjadi pencuri ide (tidak jujur pada dirinya sendiri)
- Ide itu seperti buih di laut, semakin dihancurkan semakin banyak yang bermunculan, semoga teman saya itu menjadi lebih kreatif lagi dalam menggali ide dan meningkatkan hubungan sosialnya dengan pihak-pihak di perusahaannya yang tugasnya mengambil keputusan atas ide-ide yang ada.
Itu saja yang mungkin dapat saya
sampaikan pada kesempatan kali ini. Semoga
kita dapat mengambil hikmah dari cerita saya itu.
“Ada dua jalan untuk menyebarkan cahaya,
Menjadi lilin atau menjadi cermin yang mengrefleksikannya”
Menjadi lilin atau menjadi cermin yang mengrefleksikannya”
===== Kaya Gambar, Kaya Makna, Kaya Berita =====
Penulis: Franes Pradusuara – FRN KPS